Senin, 04 Oktober 2010

Datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah Kehendak-Mu di Indonesia Seperti di Sorga!

ini cerita dari saudara kita, Ko Andreas yang menciptakan lagu tema KNM 2010

Beberapa waktu yang lalu saya diminta untuk mengarang sebuah lagu tema untuk sebuah kamp berskala nasional yang diadakan di Indonesia. Singkat cerita, saya kirim lagu yang sudah saya karang dengan gemetar dan waktu yang tidak sebentar itu kepada panitia. Salah satu tanggapan pertama dari pihak panitia adalah bahwa lagu tersebut terlalu bernada negatif. Begini liriknya:

Betapa sering kita bungkam keadilan
Banyak kebenaran yang kita putar balikkan
Tanpa disadari, kitalah musuh kebenaran
Ampunilah kami, Bapa

Berapa banyak jiwa t'lah kita hiburkan?
Di mana kita kala banyak penindasan?
Hamba kegelapan, para penyembah kenyamanan
Ampunilah kami, Bapa

Dengan mulut kita mengaku, dengan tangan kita menyangkal
Bahwa Yesuslah Kristus Tuhan

Bapa, ini tekad kami
Berlaku adil, setia, rendah hati
Berjuang tegakkan k'rajaan-Mu
Beritakan Injil Kristus

Bapa, teguhkan kami
'Tuk sangkali diri, hidup mengabdi
Taat pada pimpinan Roh-Mu
Setia tekuni panggilan-Mu

Rupanya lirik dari bagian pertama lagu ini telah membuat (sebagian) panitia gelisah. Nadanya terlalu negatif dan tampak menyalahkan diri sendiri, kata mereka. Tampaknya kata "kita" di lagu ini memang cukup meresahkan, apalagi ketika kata itu dikaitkan dengan hal-hal yang tidak ingin kita dengar. Saya katakan kepada pihak panitia bahwa memang itulah tujuan saya: menimbulkan keresahan dan membangkitkan kegelisahan agar kita semua bangun dari tidur dan bertobat. Sebenarnya saya sudah menjelaskan hal ini di penjelasan lagu yang saya kirimkan kepada panitia. Begini penjelasan saya:

"Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang Kristen seringkali menderita penyakit yang bernama superiority complex. Sederhananya, kita sering merasa lebih baik dibandingkan orang-orang yang belum percaya kepada Allah Tritunggal. Ketika melihat kondisi bangsa kita yang carut marut, tampaknya kita jarang sekali melihat diri kita sebagai salah satu penyebabnya. Karena itulah, lagu 'Setia pada Panggilan-Mu' dimulai dengan kesadaran penuh bahwa kita sebagai umat Allah seringkali turut ambil bagian, baik secara pasif maupun aktif, di dalam berbagai kejahatan, termasuk kejahatan struktural, yang terus merongrong negeri kita. Kesadaran ini sudah selayaknya diikuti dengan pengakuan dosa pribadi dan komunal. Jeda yang cukup panjang sebelum 'Ampunilah kami, Bapa' di kedua bait lagu ini dimaksudkan agar kita bisa sungguh-sungguh meresapi setiap kata-kata sebelumnya sehingga ketika kita mengatakan 'Ampunilah kami, Bapa,' kita mengatakannya dengan sepenuh hati, dengan malu dan penuh penyesalan."

Kitab Suci mengajarkan bahwa pembaharuan yang terjadi di masyarakat luas itu dimulai dari pembaharuan umat Allah. Inilah yang hendak saya sampaikan melalui bagian pertama lagu ini. Mau melihat Indonesia bebas korupsi? Mari kita berantas korupsi dari dalam gereja dan lembaga-lembaga Kristen. Mau melihat Indonesia bebas dari berbagai bentuk diskriminasi? Sangatlah sulit, kalau tidak mustahil, jika di dalam tubuh Kristus sendiri masih terjadi banyak bentuk diskriminasi. Masih banyak pertanyaan yang bisa kita ajukan. Saya akan tuliskan di lain kesempatan.

Intinya, gereja adalah gereja yang cacat dan akan terus cacat (meskipun seharusnya menjadi semakin kurang cacat) selama masa penantian kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kita semua adalah orang-orang cacat dan akan senantiasa cacat hingga Parousia, kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Dengan penghayatan inilah seharusnya gereja turut terlibat di dalam pergulatan bangsa, bukan dengan semangat triumpalistik.

Kembali ke tanggapan panitia tadi. Pihak panitia mengusulkan agar saya mengarang bait kedua dari lagu ini agar nuansanya tidak terlalu negatif. Saya katakan bahwa saya tidak bisa berjanji karena waktu itu saya sedang sangat sibuk dan stress menyelesaikan bab 1 tesis saya yang harus dikumpulkan akhir Juli. Akhirnya, hanya oleh anugerah Allah, saya dimampukan untuk menyelesaikan bait kedua:

Kita dipanggil 'tuk nyatakan terang Tuhan
Di mana saja, desa, kota, atau rimba
Peluh, air mata 'kan jadi sobat yang setia
Kuatkanlah kami, Bapa

Anug'rah Tuhan s'lalu cukup bagi kita
Penyertaan-Nya sumber sukacita baka
Allah yang setia, 'takkan meninggalkan umat-Nya
Sembah sujud kami semua


Kenakanlah senjata Allah, musuh kita'tak tinggal diam
Beritakanlah Yesus Tuhan


Dalam rangka mensyukuri HUT RI yang ke-65, lagu ini saya dedikasikan secara khusus bagi para pemimpin gereja di Indonesia dari berbagai denominasi (Ortodoks Timur, Roma Katolik, Protestan, Pentakostal, Kharismatik). Kiranya kita senantiasa berjuang untuk menjadi hamba-hamba Allah yang setia dan murid-murid Kristus yang senantiasa menyangkal diri dan taat pada pimpinan Roh Kudus hingga Kristus datang yang kedua kalinya.
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di Indonesia seperti di sorga! Maranatha!

Singapura, 16 Agustus 2010, 15:40
Andreas Pilipus

1 komentar:

  1. Ko Andreas..lagunya sangat memberkati..Kmrn ada PD follow up dari KNM di Bdg,,,salah satu peserta dari STT telkom klo ga salah bilang bhw bt dia yg paling berkesan pada KNM 2010 adalah theme song KNM..

    BalasHapus